Baterai Lithium Pertama Ciptaan Indonesia

M0519088 Fathoni Satrio Utomo Penulis Mahasiswa Program Studi Informatika Fakultas MIPA

A. LATAR BELAKANG
     Banyak dari produk di Indonesia diimpor dari luar negeri, bahkan hampir semua produk. Juga untuk memproduksi sebuah barang, bahan bakunya masih tergantung pada barang-barang dari negara asing. Padahal Indonesia termasuk salah satu negara dengan sumber daya alam dan tambang yang paling melimpah di dunia. Dengan keaneragaman sumber daya alam ini, Indonesia bisa memanfaatkannya dengan maksimal, sehingga Indonesia tidak lagi banyak mengimpor barang atau produk dari luar negeri. Karena kebiasaan orang Indonesia yang konsumtif, lebih memilih untuk membeli barang jadi atau lebih memilih untuk konsumen dari pada membuat atau memproduksi, Indonesia sering disebut sebagai negara konsumtif.
     Sebagian besar alat atau barang elektronik di Indonesia, yang kebanyakan dipakai penduduk Indonesia adalah produk impor, yang dikirim dari luar negeri. Salah satu negara pengekspor barang elektronik terbesar dan terbaik, yaitu Jepang, terdapat perusahaan-perusahaan besar, bahkan termasuk salah satu terbesar di dunia yang memproduksi barang-barang elektronik, seperti televisi, kamera, dan masih banyak lagi.
     Salah satu barang elektronik yang sering kita lihat, dan bahkan sering kita pakai, yaitu batu baterai. Semua alat elektronik membutuhkan listrik agar bisa menyala dan bisa digunakan. Beberapa dari alat elektronik itu membutuhkan listrik dengan daya besar dan juga daya kecil. Alat seperti remote, handphone, kalkulator, jam dinding, laptop, dan alat-alat elektronik lain, membutuhkan listrik yang diperoleh dengan batu baterai.
     Batu baterai yang sekarang banyak dipakai di produk-produk seperti handphone dan laptop, biasanya memakai batu baterai jenis Lithium-ion atau yang biasa disingkat sebagai Li-ion. Dari awal penciptaannya, batu baterai jenis ini memiliki banyak kelebihan, diantaranya memiliki daya lebih besar, masa pemakaian lebih lama, komponen ramah lingkungan, dan lain sebagainya.
     Oleh karena penggunaan batu baterai yang sangat banyak, Indonesia perlu tergerak untuk menciptakan sumber energi alternatif yang menggunakan bahan baku lokal, dari sumber daya alam kita sendiri, yaitu batu baterai yang asli ciptaan Indonesia tanpa mengimpor negara asing. Dan dengan mempertimbangkan kelebihan dan melimpahnya bahan tambang, Indonesia perlu menciptakan batu baterai jenis Li-Ion. Dan salah satunya sudah diciptakan oleh Dosen Teknik Kimia UNS, Agus Purwanto.

B. TUJUAN ARTIKEL ILMIAH
1. Mengetahui pengembangan baterai Li-Ion
2. Mengetahui hasil dari penggunaan baterai Li-Ion

C. PEMBAHASAN
     Menurut Agus Purwanto yang merupakan dosen Fakultas Teknik UNS ini, jika Indonesia ingin bisa memproduksi kendaraan listrik sendiri, maka harus bisa membuat baterai lithium sendiri juga. Sebab, baterai ini merupakan komponen utamanya. Dengan mampu menghasilkan baterai lithium, maka akan mengurangi ketergantungan impor dari negara luar.
     Namun masalahnya, ia masih mendapati banyak kelemahan pada baterei lithium di pasaran. Misalnya massanya yang besar sehingga baterai malah menjadi beban kendaraan. Dari situlah, ia tertarik mendalaminya biar ke depannya baterai semakin ringan sehingga praktis untuk digunakan. Di Indonesia belum terdapat orang yang menekuni fabrikasi sel. Maka di tahun 2012 ia mulai mengembangkannya. Sampai tahun 2018, Agus terus bergulat dengan proyek baterai lithium-ion. Seringkali hasil tidak sesuai dengan hipotesis, yang menjadi tantangan tersendiri bagi seorang peneliti seperti dirinya.
     Dalam proyek pengembangan baterai lithium, Agus yang telah menempuh pendidikan S3 di Universitas Hiroshima, Jepang menerap ilmunya dalam pengembangan ini. Perkembangan baterai lithium-ion di pasaran akan sangat dinamis. Sudah banyak barang elektronik yang menggunakan baterai lithium, sebut saja seperti laptop dan handphone. Dan sekarang ini, baterai ini tengah dikembangkan untuk kendaraan listrik.
     Bekerja sama dengan Pertamina, Agus bersama timnya sudah berhasil menciptakan baterai yang mampu menggerakkan sepeda motor listrik dengan jarak 80-100 kilometer dengan biaya hanya Rp5.000. Satu unit battery pack nantinya memiliki kapasitas 3 kWh untuk motor listrik berkekuatan 5 Kw atau lebih kurang setara dengan mesin motor dengan pembakaran internal berkapasitas 125-150 cc. Menggunakan teknologi LFP, baterai ini memiliki keamanan yang tinggi karena tidak menyebabkan ledakan apabila terjadi arus pendek. Selain dapat diisi ulang daya dan juga ekonomis, baterai ini memiliki umur pemakaian yang panjang yaitu mencapai 3000 siklus penggunaan dan lebih lama dibanding produk komersil saat ini (500 siklus) serta mampu bertahan hingga temperatur yang relatif tinggi, yaitu hingga suhu 70°c.
     Agus Purwanto menerima penghargaan Academic Leader sebagai Dosen Terbaik dari Kemenristekdikti atas keberhasilannya dalam mengembangkan baterai Li-Ion. Ini merupakan yang pertama di Indonesia. Dari semua keberhasilannya itu ia tetap mengajar mahasiswanya. Dan pada hari ini ada tiga mahasiswa teknik yang berhasil menciptakan baterai Li-Ion dari limbah semen. Ini merupakan sebuah kebanggaan untuk UNS.

D. KESIMPULAN
     Pengembangan baterai Li-Ion oleh Agus Purwanto, Dosen Teknik Kimia UNS berlangsung selama 6 tahun. Pengembangan ini dilewati dengan menempuh pendidikan di Jepang dan kerja sama dengan perusahaan seperti Pertamina dalam pengembangan untuk motor listrik. Di tahun 2018 telah selesai diciptakan baterai Li-Ion dengan keunggulan dibanding dengan baterai lain, keamanan yang tinggi(tidak mudah meledak), dapat diisi ulang daya dan juga ekonomis, umur pemakaian mencapai 3000 siklus penggunaan, dan mampu bertahan hingga suhu 70°c. Baterai ini mampu menggerakkan sepeda motor listrik dengan jarak 80-100 kilometer dengan biaya hanya Rp5.000. Satu unit battery pack memiliki kapasitas 3 kWh untuk motor listrik berkekuatan 5 Kw atau lebih kurang setara dengan mesin motor dengan pembakaran internal berkapasitas 125-150 cc. Kendaraan listrik mungkin akan berkembang pesat dalam 2-3 tahun ke depan. Oleh karena itu, pengembangan harus terus berjalan dengan menciptakan baterai yang lebih tahan lama, murah dan bahan bakunya berasal dari dalam negeri.

Comments

Post a Comment

Popular Posts